Senin, 17 Maret 2014

Cermin Kerajaan Allah - Kasih Karunia dan pengampunan



Setiap dari kita pasti pernah bercermin atau setidaknya mengenal sebuah benda yang disebut cermin. Cermin adalah sebuat alat yang digunakan sejak 6000 SM sebagai media refleksi benda. Saat kita berdiri di depan cermin, gambaran diri kita akan terpantulkan. Hasil pantulan bayangan diri kita di cermin dapat digunakan sebagai tolok ukur menilai penampilan kita, apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan.

 Manusia selalu tidak lepas dari ukuran dan penilaian tentang dirinya sendiri maupun terhadap orang lain di sekitarnya. Kita selalu ingin tampak lebih indah dan bagus dihadapan orang, sehingga cermin kita gunakan sebagai alat untuk bantu untuk melihat segala kecacatan, kekurangan dan ketidaksempurnaan yang ada pada diri kita untuk bisa kita coba perbaiki dengan menggunakan polesan dan riasan sebagai sebuah topeng sehingga kita seolah-olah tampak cantik dan sempurna dari luar.

Sama seperti halnya sebuah cermin, Tuhan memberikan Kitab Hukum Taurat kepada manusia sebagai panduan dan sebagai alat ukur untuk menilai sikap kita dan setiap orang yang ada di sekitar kita.

Roma 3:20
ALLAH kemudian memberikan Hukum Taurat kepada manusia sehingga manusia dapat bercermin dari Hukum Taurat betapa kita sungguh telah berdosa kepada Pencipta.

 Hukum Taurat berfungsi untuk merefleksikan setiap dosa dan keterbatasan kita. menjadi sebuah cermin yang menunjukkan dosa, kekurangan dan kesalahan kita. Dengan hukum Taurat, kita menjadi paham tentang setiap keberdosaan yang telah kita lakukan. Dengan Hukum Taurat kita tahu bahwa ada titik noda dosa yang tidak pernah hilang, melekat pada diri setiap manusa. Dengan hukum Taurat, kita menjadi sadar bahwa Tuhan membuat standard yang sempurna untuk sebuah “ketidakberdosaan”. Dan dengan Hukum Taurat kita semua tahu bahwa manusia tidak akan mungkin bisa menghapus noda dosa tersebut karena standard Allah yang sempurna. Meskipun demikian, dengan kekuatan manusia yang penuh keterbatasan dan ketidaksempurnaan, kita tetap berusaha untuk mendapatkan pembenaran dan keselamatan bagi diri kita, berusaha menghapus dosa yang ada dalam diri kita dengan usaha kita sendiri dengan berusaha melakukan segala perintahNya secara sempurna dan dengan segala perbuatan baik yang kita lakukan untuk menutupi noda dosa tersebut.

Cermin hukum Taurat mengidentifikasi kesalahan, pelanggaran, dosa, kelemahan, keterbatasan dan terus membuat kita menjadi terintimidasi. Ada hal yang tidak bisa dilakukan oleh Hukum Taurat, yaitu pemulihan, pembebasan dosa dan kesembuhan. Jalan keluarnya ada ketika kita berkaca dengan Cermin Kerajaan Allah yang membuat hidup kita menjadi baru sebab dari situlah terpancar kebenaran dan keselamatan melalui kasih karunia dan perkenanan Tuhan sehingga kita bisa hidup dalam Kasih Karunia yang menebus dan membenarkan segala dosa dan pelanggaran kita dengan cara Allah.

Yoh. 1:17
Sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus.

Dalam bahasa aslinya, Kasih Karunia berasal dari bahasa Yunani yang diterjemahkan dan mengandung tiga unsur yaitu grace (karunia-pemberian), favor (perkenanan), kindness (kebaikan). Karunia berarti Allah yang memulai dalam hidup kita. Bukan kita yang memilih tetapi Tuhan yang memilih kita. Kita mendapatkan apa yang seharusnya tidak kita dapatkan yaitu Pengampunan dan Hidup Keselamatan. Dan kita tidak mendapatkan apa yang seharusnya kita dapatkan, yaitu penghukuman dan kebinasaan. Bukan karena kehebatan kita, bukan karena kemampuan dan usaha kita, namun karena Allah yang menginisiasi memberikan rahmat karuniaNya, supaya kita mendapatkan pengampunan dan oleh karena perkenananNya, kita hidup dan menerima kasih karuniaNya. Kita mendapatkan karunia karena Kebaikan Tuhan dan PengampunanNya atas kita.

Dalam Kasih Karunia ada bagian Tuhan dan ada bagian kita.  Bagian Tuhan adalah memberikan kasih karunia kepada kita dan bagian kita adalah hidup dalam ketaatan dan kebenaran. Karena kasih karunia, kita dimampukan Tuhan untuk hidup benar sesuai dengan perintahNya.

Mat. 7:3-5
Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."

Ketika kita menggunakan Cermin Kerajaan Allah, maka akan terpancar pengampunan. Tuhan Yesus datang untuk mencari orang yang berdosa dan memberikan pengampunan kepada orang yang berdosa , bukan untuk menghakimi.
 
Yoh. 9:1-3
Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya. Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?" Jawab Yesus: "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.

Dalam Hukum Taurat, sakit pasti disebabkan oleh dosa. Dalam ayat tersebut, murid-murid Yesus menggunakan cermin Taurat. Mereka langsung berpikir bahwa penyakit ini pasti karena dosa. Namun Yesus tidak tertarik untuk mengidentifikasi dosa. Yesus lebih tertarik dengan memberikan kasih karunia kepada orang yang sakit tersebut. Yesus menggunakan cermin Kerajaan Allah yaitu Kasih Karunia, sehingga Yesus tidak menghakimi melainkan menyatakan bahwa melalui orang buta tersebut, pekerjaan Allah harus dinyatakan. Roh Kudus tidak pernah mengintimidasi dan menghakimi. Yesus naik ke surga untuk mengirimkan Roh kudus sebagai penolong dan penghibur. Dan ketika kita menggunakan Cermin Kerajaan Allah, maka akan ada Pekerjaan Allah yang dinyatakan sehingga nama Tuhan dipermuliakan.

1 Raj. 17:17-22
Sesudah itu anak dari perempuan pemilik rumah itu jatuh sakit dan sakitnya itu sangat keras sampai tidak ada nafasnya lagi. Kata perempuan itu kepada Elia: "Apakah maksudmu datang ke mari, ya abdi Allah? Singgahkah engkau kepadaku untuk mengingatkan kesalahanku dan untuk menyebabkan anakku mati?" Kata Elia kepadanya: "Berikanlah anakmu itu kepadaku." Elia mengambilnya dari pangkuan perempuan itu dan membawanya naik ke kamarnya di atas, dan membaringkan anak itu di tempat tidurnya. Sesudah itu ia berseru kepada TUHAN, katanya: "Ya TUHAN, Allahku! Apakah Engkau menimpakan kemalangan ini atas janda ini juga, yang menerima aku sebagai penumpang, dengan membunuh anaknya?" Lalu ia mengunjurkan badannya di atas anak itu tiga kali, dan berseru kepada TUHAN, katanya: "Ya TUHAN, Allahku! Pulangkanlah kiranya nyawa anak ini ke dalam tubuhnya." TUHAN mendengarkan permintaan Elia itu, dan nyawa anak itu pulang ke dalam tubuhnya, sehingga ia hidup kembali.

Dalam Cermin Kerajaan Allah akan terpancar sumber Kehidupan. Yesus datang kedalam dunia untuk memberikan kehidupan dan kelimpahan. Segala sesuatu yang mati akan Tuhan bangkitkan dan berikan kehidupan. Paradigma janda ini sama dengan taurat. Dia begitu takut dosa nya diungkit. Dia sibuk mencari dosa. Elia tidak pusing dengan siapa yang salah. Elia hanya memikirkan bagaimana anak ini memperoleh kasih karunia sehingga hidup kembali. Seringkali kita lebih pusing untuk menghakimi orang lain dan diri kita, seringkali kita lebih sibuk mencari dosa ketika kita berada dalam kesedihan, kesakitan, dan masalah persoalan yang. Manusia tidak butuh dihakimi, atau dicari-cari kesalahannya oleh manusia yang lain. Manusia lebih butuh pengharapan dan penghiburan. Daripada berdoa dan menuduh dia untuk mencari-cari dosa, lebih baik berdoa agar kasih karunia turun ke atasnya. Penghakiman bukan hak kita, tapi Tuhan lebih tertarik untuk memberikan Kasih Karunianya, asalkan setiap kita mau menerimanya dan berani untuk mengambil konsekuensinya yaitu hidup dimampukan oleh Allah untuk berjalan dalam kebenaran dan mentaati setiap perintahNya.

Seorang bernama Fred Brown mengilustrasikan dan menjelaskan penerapan hukum Taurat yang benar sebagai berikut. Pertama, ia menyamakan hukum Taurat dengan cermin kecil yang dipakai dokter gigi. Dengan cermin itu ia dapat melihat lubang pada gigi. Namun, dokter tidak mengebor dengan cermin tersebut. Cermin dapat menunjukkan lubang, tetapi tidak dapat dipakai untuk menambal.

Kedua, Brown membandingkan hukum itu dengan senter. Bila lampu di rumah tiba-tiba padam, Anda akan menggunakan senter untuk menuju ke kotak listrik. Senter membantu Anda melihat sekering yang putus atau sakelar pemutus yang rusak, tetapi Anda tak dapat memasang senter pada tempat sekering atau sakelar tersebut.

Yang ketiga, Brown menyamakan hukum Taurat dengan tali pengukur. Seorang buruh bangunan menggunakan tali untuk melihat apakah hasil kerjanya sudah lurus terpasang. Jika ada suatu kesalahan, ia tidak akan menggunakan tali pengukur itu untuk memperbaikinya. Ia akan menggunakan palu dan gergaji.

1Timotius 1:8
"Kita tahu bahwa hukum Taurat itu baik kalau tepat digunakan".

Hukum Taurat Allah dapat mengungkap dosa, tetapi tidak memberikan pemecahannya. Jalan keluarnya ada pada Kasih Karunia dan Kebenaran yang terpancar melalui cermin Kerajaan Allah. Tuhan akan mengampuni dan memampukan kita untuk hidup dengan kekuatan yang Dia berikan, untuk berjalan dalam kebenaran dan menyenangkan hati-Nya. Apa yang tak dapat dilakukan hukum Taurat, Kristus sanggup melakukannya.

 G B U
PS. 17 Maret 2014
Inspired by : Pdt. Riza Solihin - AOG Sunday service 16 Maret 2014 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar