Setiap dari kita pasti pernah
bercermin atau setidaknya mengenal sebuah benda yang disebut cermin. Cermin
adalah sebuat alat yang digunakan sejak 6000 SM sebagai media refleksi benda. Saat
kita berdiri di depan cermin, gambaran diri kita akan terpantulkan. Hasil
pantulan bayangan diri kita di cermin dapat digunakan sebagai tolok ukur
menilai penampilan kita, apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan.
Manusia selalu tidak lepas dari ukuran dan
penilaian tentang dirinya sendiri maupun terhadap orang lain di sekitarnya.
Kita selalu ingin tampak lebih indah dan bagus dihadapan orang, sehingga cermin
kita gunakan sebagai alat untuk bantu untuk melihat segala kecacatan, kekurangan
dan ketidaksempurnaan yang ada pada diri kita untuk bisa kita coba perbaiki
dengan menggunakan polesan dan riasan sebagai sebuah topeng sehingga kita
seolah-olah tampak cantik dan sempurna dari luar.
Sama seperti halnya sebuah cermin,
Tuhan memberikan Kitab Hukum Taurat kepada manusia sebagai panduan dan sebagai
alat ukur untuk menilai sikap kita dan setiap orang yang ada di sekitar kita.
Roma
3:20
ALLAH
kemudian memberikan Hukum Taurat kepada manusia sehingga manusia dapat
bercermin dari Hukum Taurat betapa kita sungguh telah berdosa kepada Pencipta.
Hukum Taurat berfungsi untuk merefleksikan setiap
dosa dan keterbatasan kita. menjadi sebuah cermin yang menunjukkan dosa,
kekurangan dan kesalahan kita. Dengan hukum Taurat, kita menjadi paham tentang
setiap keberdosaan yang telah kita lakukan. Dengan Hukum Taurat kita tahu bahwa
ada titik noda dosa yang tidak pernah hilang, melekat pada diri setiap manusa. Dengan
hukum Taurat, kita menjadi sadar bahwa Tuhan membuat standard yang sempurna
untuk sebuah “ketidakberdosaan”. Dan dengan Hukum Taurat kita semua tahu bahwa
manusia tidak akan mungkin bisa menghapus noda dosa tersebut karena standard
Allah yang sempurna. Meskipun demikian, dengan kekuatan manusia yang penuh keterbatasan
dan ketidaksempurnaan, kita tetap berusaha untuk mendapatkan pembenaran dan
keselamatan bagi diri kita, berusaha menghapus dosa yang ada dalam diri kita
dengan usaha kita sendiri dengan berusaha melakukan segala perintahNya secara
sempurna dan dengan segala perbuatan baik yang kita lakukan untuk menutupi noda
dosa tersebut.
Cermin hukum Taurat mengidentifikasi
kesalahan, pelanggaran, dosa, kelemahan, keterbatasan dan terus membuat kita
menjadi terintimidasi. Ada hal yang tidak bisa dilakukan oleh Hukum Taurat,
yaitu pemulihan, pembebasan dosa dan kesembuhan. Jalan keluarnya ada ketika
kita berkaca dengan Cermin Kerajaan Allah yang membuat hidup kita menjadi baru
sebab dari situlah terpancar kebenaran dan keselamatan melalui kasih karunia
dan perkenanan Tuhan sehingga kita bisa hidup dalam Kasih Karunia yang menebus dan
membenarkan segala dosa dan pelanggaran kita dengan cara Allah.
Yoh.
1:17
Sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan
kebenaran datang oleh Yesus Kristus.
Dalam bahasa aslinya, Kasih Karunia
berasal dari bahasa Yunani yang diterjemahkan dan mengandung tiga unsur yaitu grace
(karunia-pemberian), favor (perkenanan), kindness (kebaikan). Karunia berarti Allah
yang memulai dalam hidup kita. Bukan kita yang memilih tetapi Tuhan yang
memilih kita. Kita mendapatkan apa yang seharusnya tidak kita dapatkan yaitu
Pengampunan dan Hidup Keselamatan. Dan kita tidak mendapatkan apa yang
seharusnya kita dapatkan, yaitu penghukuman dan kebinasaan. Bukan karena
kehebatan kita, bukan karena kemampuan dan usaha kita, namun karena Allah yang
menginisiasi memberikan rahmat karuniaNya, supaya kita mendapatkan pengampunan
dan oleh karena perkenananNya, kita hidup dan menerima kasih karuniaNya. Kita
mendapatkan karunia karena Kebaikan Tuhan dan PengampunanNya atas kita.
Dalam Kasih Karunia ada bagian Tuhan
dan ada bagian kita. Bagian Tuhan adalah memberikan kasih karunia kepada
kita dan bagian kita adalah hidup dalam ketaatan dan kebenaran. Karena kasih
karunia, kita dimampukan Tuhan untuk hidup benar sesuai dengan perintahNya.
Mat. 7:3-5
Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan
balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata
kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal
ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari
matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu
dari mata saudaramu."
Ketika kita menggunakan Cermin Kerajaan
Allah, maka akan terpancar pengampunan. Tuhan Yesus datang untuk mencari orang
yang berdosa dan memberikan pengampunan kepada orang yang berdosa , bukan untuk
menghakimi.
Yoh. 9:1-3
Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak
lahirnya. Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Rabi, siapakah yang
berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan
buta?" Jawab Yesus: "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi
karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.
Dalam Hukum Taurat, sakit pasti
disebabkan oleh dosa. Dalam ayat tersebut, murid-murid Yesus menggunakan cermin
Taurat. Mereka langsung berpikir bahwa penyakit ini pasti karena dosa. Namun
Yesus tidak tertarik untuk mengidentifikasi dosa. Yesus lebih tertarik dengan
memberikan kasih karunia kepada orang yang sakit tersebut. Yesus menggunakan cermin Kerajaan
Allah yaitu Kasih Karunia, sehingga Yesus tidak menghakimi melainkan menyatakan
bahwa melalui orang buta tersebut, pekerjaan Allah harus dinyatakan. Roh Kudus
tidak pernah mengintimidasi dan menghakimi. Yesus naik ke surga untuk mengirimkan
Roh kudus sebagai penolong dan penghibur. Dan ketika kita
menggunakan Cermin Kerajaan Allah, maka akan ada Pekerjaan Allah yang
dinyatakan sehingga nama Tuhan dipermuliakan.
1 Raj. 17:17-22
Sesudah itu anak dari perempuan pemilik rumah itu jatuh sakit dan
sakitnya itu sangat keras sampai tidak ada nafasnya lagi. Kata perempuan itu
kepada Elia: "Apakah maksudmu datang ke mari, ya abdi Allah? Singgahkah
engkau kepadaku untuk mengingatkan kesalahanku dan untuk menyebabkan anakku
mati?" Kata Elia kepadanya: "Berikanlah anakmu itu kepadaku."
Elia mengambilnya dari pangkuan perempuan itu dan membawanya naik ke kamarnya
di atas, dan membaringkan anak itu di tempat tidurnya. Sesudah itu ia berseru
kepada TUHAN, katanya: "Ya TUHAN, Allahku! Apakah Engkau menimpakan
kemalangan ini atas janda ini juga, yang menerima aku sebagai penumpang, dengan
membunuh anaknya?" Lalu ia mengunjurkan badannya di atas anak itu tiga
kali, dan berseru kepada TUHAN, katanya: "Ya TUHAN, Allahku! Pulangkanlah
kiranya nyawa anak ini ke dalam tubuhnya." TUHAN mendengarkan permintaan
Elia itu, dan nyawa anak itu pulang ke dalam tubuhnya, sehingga ia hidup
kembali.
Dalam Cermin Kerajaan Allah akan
terpancar sumber Kehidupan. Yesus datang kedalam dunia untuk
memberikan kehidupan dan kelimpahan. Segala sesuatu yang mati akan Tuhan
bangkitkan dan berikan kehidupan. Paradigma janda ini sama dengan
taurat. Dia begitu takut dosa nya diungkit. Dia sibuk mencari dosa. Elia tidak
pusing dengan siapa yang salah. Elia hanya memikirkan bagaimana anak ini
memperoleh kasih karunia sehingga hidup kembali. Seringkali kita lebih pusing
untuk menghakimi orang lain dan diri kita, seringkali kita lebih sibuk mencari
dosa ketika kita berada dalam kesedihan, kesakitan, dan masalah persoalan yang.
Manusia tidak butuh dihakimi, atau dicari-cari kesalahannya oleh manusia yang
lain. Manusia lebih butuh pengharapan dan penghiburan. Daripada berdoa dan
menuduh dia untuk mencari-cari dosa, lebih baik berdoa agar kasih karunia turun
ke atasnya. Penghakiman bukan hak kita, tapi Tuhan lebih tertarik untuk
memberikan Kasih Karunianya, asalkan setiap kita mau menerimanya dan berani
untuk mengambil konsekuensinya yaitu hidup dimampukan oleh Allah untuk berjalan
dalam kebenaran dan mentaati setiap perintahNya.
Seorang
bernama Fred Brown mengilustrasikan dan menjelaskan penerapan hukum Taurat yang
benar sebagai berikut. Pertama, ia menyamakan hukum Taurat dengan cermin kecil
yang dipakai dokter gigi. Dengan cermin itu ia dapat melihat lubang pada gigi.
Namun, dokter tidak mengebor dengan cermin tersebut. Cermin dapat menunjukkan
lubang, tetapi tidak dapat dipakai untuk menambal.
Kedua,
Brown membandingkan hukum itu dengan senter. Bila lampu di rumah tiba-tiba
padam, Anda akan menggunakan senter untuk menuju ke kotak listrik. Senter
membantu Anda melihat sekering yang putus atau sakelar pemutus yang rusak,
tetapi Anda tak dapat memasang senter pada tempat sekering atau sakelar
tersebut.
Yang
ketiga, Brown menyamakan hukum Taurat dengan tali pengukur. Seorang buruh
bangunan menggunakan tali untuk melihat apakah hasil kerjanya sudah lurus
terpasang. Jika ada suatu kesalahan, ia tidak akan menggunakan tali pengukur
itu untuk memperbaikinya. Ia akan menggunakan palu dan gergaji.
1Timotius
1:8
"Kita
tahu bahwa hukum Taurat itu baik kalau tepat digunakan".
Hukum
Taurat Allah dapat mengungkap dosa, tetapi tidak memberikan pemecahannya. Jalan
keluarnya ada pada Kasih Karunia dan Kebenaran yang terpancar melalui cermin
Kerajaan Allah. Tuhan akan mengampuni dan memampukan kita untuk hidup dengan
kekuatan yang Dia berikan, untuk berjalan dalam kebenaran dan menyenangkan
hati-Nya. Apa yang tak dapat dilakukan hukum Taurat, Kristus sanggup
melakukannya.
G B U
PS. 17 Maret 2014
Inspired by : Pdt. Riza Solihin - AOG Sunday service 16 Maret 2014



Tidak ada komentar:
Posting Komentar