
Lontaran pertanyaan yang seringkali kita mendengar pertanyaan itu terlontar ketika kita berada dalam situasi yang menyesakkan hati dan jiwa kita. Ketika peperangan, kesakitan, kehilangan, kekecewaan, kematian, kegagalan dan kehancuran datang dalam hidup kita. Ketika keadaan yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Seringkali protes dan mempertanyakan alasannya kepada Tuhan, bahkan tidak jarang kita bertanya dengan menggugat.
Sebelum kita mencoba untuk bertanya
dan mencoba memahami alasan mengapa hal buruk banyak terjadi pada orang yang
percaya pada Tuhan ingatlah bahwa Allah adalah Pribadi yang Kekal, Tak
Terbatas, Maha Tahu, Maha Hadir, Maha Kuasa, dll. Bagaimana mungkin kita
manusia yang tidak kekal, terbatas, tidak maha tahu, tidak maha kuasa atau
tidak maha hadir dapat mencoba memahami jalan-jalan Tuhan secara sepenuhnya?
Di dalam Kitab Ayub, Tuhan
mengijinkan Iblis melakukan apa saja terhadap Ayub, asal jangan membunuh dia.
Bagaimana reaksi Ayub?
Ayub
adalah salah satu dari yang terbaik diantara umat Tuhan. Tuhan bersaksi tentang
Ayub bahwa tidak ada yang seperti dia di bumi, bahwa ia adalah orang yang tak
bercela dan lurus hati, ia takut akan Tuhan dan membenci kejahatan ( Ayub 1:1,
8). Ayub telah dikenal karena kesetiaannya. Ia tidaklah tanpa berdosa, seperti
tersirat dikata tak bercela dalam ayat 1 dan 8. Itu artinya dia secara etika
baik, moralnya benar, dan taat pada Tuhan. Ayub mempunyai suatu penghormatan
yang tulus dan dalam pada Tuhan. Praktek yang konsistennya adalah untuk menjaga
Tuhan tetap ditempat tertinggi dan dihormati. Ia seorang yang setia. Ayub
dikenal dengan kekayaannya. Ia memiliki tujuh ribu ekor kambing domba, tiga
ribu ekor unta, lima ratus pasang lembu, lima ratus keledai betina dan
budak-budak dalam jumlah yang sangat besar ( Ayub 1:3). Ia memiliki kekayaan
yang besar, Tuhanlah yang telah menyebabkan dia berhasil( Ayub 1:10, 21).Ayub
dikenal dengan keluarganya. Ia mendapat tujuh anak laki-laki dan tiga anak
perempuan ( Ayub 1:2). Keluarga Ayub dan kekayaannya adalah berkat Tuhan.
Catatan menunjukkan bahwa Ayub mencintai keluarganya. Cintanya untuk Tuhan
tercermin dari cintanya untuk anak-anaknya. Sebagai pemimpin rohani dari
keluarganya, ia membawa mereka dalam doanya kepada Tuhan. Pelayanan yang paling
tinggi dari orangtua kepada anak-anaknya adalah memperhatikan kesejahteraan
rohani mereka. Ayub adalah seorang kepala keluarga yang baik.Akhirnya, Ayub
adalah orang yang tenar. Catatan menulis kalau dia adalah yang terbesar dari
semua orang-orang timur ( Ayub 1:3). Ayub lebih berhasil dari semua pria pada
jamannya. Ia dipandang oleh manusia dan Tuhan. Tuhan sendiri menyatakan bahwa
Ia tidak punya alasan untuk mencelakakan Ayub ( Ayub 2:3).
Namun
Tuhan mengijinkan Ayub untuk menjalani lembah yang dalam dan mengharuskan dia
mengalami penderitaan. Dalam sekejap Ayub kehilangan segala-galanya - harta
benda, kesepuluh anaknya, dan kesehatannya. Setan meneruskan pencobaan terhadap
Ayub sampai batas maksimal iman manusia. Di dalam suatu rangkaian peristiwa,
semua milik Ayub, yang telah didapat hampir seumur hidupnya, telah diambil dari
dia. Pencuri dari Sabeans dan Chaldeans menggerebek ternak dan membunuh
penjaganya. Kilat membinasakan 7,000 domba-domba dan para gembala. Puncak
bencana datang ketika angin topan membinasakan rumah, membunuh semua anak-anak
Ayub ( Ayub 1:13,19). Ayub telah mengalami ujian tertinggi. Ia hancur mendengar
laporan kerugian. Ini adalah pencobaan terberat Ayub, lembah paling dalam.
Dalam kondisi yang
seperti itu, bisa saja Ayub mempertanyakan tentang kebaikan Allah. Bisa saja
Ayub menggerutu kenapa Tuhan mengijinkan semuanya terjadi. Namun respon Ayub
tidaklah demikian. Ayub memang tidak memahami mengapa Tuhan mengijinkan semua
yang terjadi, namun dia tahu bahwa Tuhan itu baik dan karena itu dia tetap
percaya kepadaNya.
Ayub tidak mencoba
mengerti alasan Allah untuk mengijinkan pencobaan itu datang atas dirinya,
namun yang Ayub mengerti bahwa Allah itu baik, adil, pengasih dan pemurah.
Ayub
tidak mempunyai informasi kenapa semua ini terjadi. Ia tidak mengetahui bahwa
Tuhan yang telah memilih dia sebagai Instrumen khusus untuk menunjukkan kalau
manusia mencintai dan melayaniNya sebab Ia adalah Tuhan, dan untuk mempertahankan
karakter Tuhan. Bagi Ayub, percobaan itu tanpa maksud dan pemahaman. Tetapi
seperti akan kita lihat, Ayub membuktikan bahwa kasih dan kesetiaan manusia
pada Tuhan bisa tulus, bahkan disaat yang paling pahit.
Ayub 1:20,21
Maka berdirilah
Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan
menyembah.
Katanya : Dengan
telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan
kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama
TUHAN!
Mengoyak
jubahnya dan mencukur rambutnya adalah tanda duka cita. Ini adalah perlambangan
perkabungan. Menjatuhkan diri ketanah bukanlah suatu tindakan keputus-asaan,
tapi suatu perbuatan penghormatan dan tunduk di hadapan Tuhan Allah. Dengan
melakukan itu, Ayub menyembah ( 1:20) dan berserah penuh kepada Tuhan.
Pertanyaannya
adalah sudahkah aku belajar bersikap seperti Ayub? Apakah seluruh kehendakku
telah diserahkan pada Tuhan seperti Ayub? Apakah aku bisa tetap mencintai Tuhan
bila kita menghadapi hal yang sama seperti Ayub? Dapatkah aku katakan dengan
sungguh dari hati yang berserah, Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil;
terpujilah nama Tuhan?
Belajarlah
untuk menghargai sebuah ujian, bukan sebagai anak panah Setan yang berapi-api (
Efesus 6:16) tetapi sebagai panah dari Tuhan (Ayub 6:4). Ia yang mengirim panah
itu telah membalut dan merawat lukanya. Menurut waktuNya, dan untuk tujuan
baikNya, Ia akan menyembuhkannya dengan sempurna. Meskipun ia membunuh aku,
namun aku akan tetap percaya ( Ayub 13:15)
Amsal 3:5-6
”Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan
janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala
lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu”

Belajar untuk berserah sepenuhnya kepada Tuhan. Percayalah bahwa Allah adalah Tuhan yang adil dan penuh kuasa, yang akan memberikan jalan keluar tepat pada waktuNya.

Belajar untuk berserah sepenuhnya kepada Tuhan. Percayalah bahwa Allah adalah Tuhan yang adil dan penuh kuasa, yang akan memberikan jalan keluar tepat pada waktuNya.