
Berasal dari bahasa Yunani dan Ibrani, arti dasar dari kata
”angkuh” ialah menampilkan diri ”tinggi”, ”mulia”, ”unggul”, dan ”hebat”. Orang
yang angkuh menganggap dirinya lebih unggul, lebih tinggi daripada sesamanya.
Akibatnya, orang seperti itu biasanya menuntut penghormatan serta perhatian
yang berlebihan dan memperlakukan orang lain dengan tidak hormat dan hina.
Segala tingkah laku yang mengejar kehormatan, membanggakan gelar, keturunan,
koneksi dan jabatan yang dimiliki adalah contoh dari sebuah keangkuhan.
C.S. Lewis menggarisbawahi natur
dari kesombongan, adalah suatu kompetisi. Seorang manusia ingin diakui dan
dipuji oleh manusia yang lain dan tidak mau kalah dengan yang lain. Seseorang menjadi
sombong dan angkuh karena dia membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain.
Seseorang menjadi sombong karena dia lebih kaya, lebih pandai, lebih
cantik/tampan, lebih berpengalaman, atau lebih berkuasa dibanding orang lain.
Karena jika semua orang lain menjadi sama kaya, sama pandai, sama
cantik/tampan, sama berpengalaman, sama berkuasa, maka tidak ada lagi hal yang
dapat disombongkan.
Lukas 18:9-14
Dan kepada beberapa orang yang menganggap
dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus
mengatakan perumpamaan ini: "Ada dua orang pergi ke Bait
Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai.
Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya
Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang
lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti
pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali
seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani
menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya
Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu:
Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain
itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan
barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
Tidak ada orang yang mengaku bahwa
dirinya sombong, serta merta menyatakan bahwa aku sombong. Yang sering justru
sebaliknya yaitu orang yang sombong tidak menyadari bahwa dirinya sombong. Orang
Farisi dalam cuplikan ayat di atas berlaku arogan karena ia membandingkan
dirinya dengan orang lain, khususnya dengan si pemungut cukai yang berada
didekatnya. Ia merasa lebih superior dan lebih suci sehingga dia merasa dirinya
memiliki hak untuk bermegah dalam dirinya sendiri. Yang menarik untuk dicermati
adalah orang Farisi itu hanya berdoa di dalam hati dan Allah mengetahui maksud
hatinya untuk menyombongkan diri. Inilah yang menyebabkan kesombongan itu
begitu sulit terdeteksi karena tidak perlu terungkap keluar secara verbal dan cukup
berada dalam hati dirinya sendiri. Tanpa refleksi yang sungguh, sulit untuk
memeriksa, menerima, apalagi mengakui bahwa kita sombong. Tanpa refleksi yang
sungguh- sungguh, sulit untuk memeriksa, menerima, apalagi mengakui bahwa kita
sombong.
Markus 7:20-23
Kata-Nya lagi: "Apa yang keluar dari seseorang,
itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati
orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu,
iri hati, hujat, keangkuhan, kebebalan. Semua hal-hal
jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang."
Kesombongan menutup pikiran dari ide-ide
baru.
Tidak ada orang yang congkak, angkuh, atau sombong yang
mempunyai roh yang lemah lembut dan mau diajar. Dalam Amsal 26:12 berkata, "Jika engkau melihat orang yang menganggap dirinya bijak,
harapan bagi orang bebal lebih banyak dari pada bagi orang itu.". Dengan kesombongan, seseorang seringkali menutup
kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi.
Kesombongan menutup pikiran
dari pendapat orang lain.
Sebuah nasihat bijak pernah diungkapkan
oleh Steven Covey, "Diperlukan kerendahan hati untuk mencari pendapat
orang lain. Di perlukan kebijaksanaan untuk memahaminya, menganalisisnya dan
dengan layak bertindak sesuai dengan hal tersebut."
Menerima masukan dan kritikan adalah sebuah
awal keberhasilan di bidang apapun. Selama Anda tidak belajar untuk menerima
umpan balik dari orang lain, Anda tidak akan pernah bertumbuh. Kesombongan
seringkali membuat seseorang tuli untuk mendengarkan hal penting tersebut.
Kesombongan mencegah kita untuk
mengakui kesalahan.
Ketakutan mungkin mencegah seseorang untuk
mengakui kesalahan yang dibuatnya, tetapi lebih sering yang menjadi
penyebabnya. Pada hal salah satu cara Anda untuk bisa bertumbuh dan naik
selevel lebih tinggi dalam kehidupan adalah dengan mengakui kesalahan.
Keangkuhan adalah sifat atau karakteristik yang buruk, bukan sekadar
sesuatu yang timbul dari pikiran. Disebutkan bahwa keangkuhan
bersama-sama dengan pembunuhan, perzinaan, pencurian, percabulan, hujat, dan
perbuatan salah lainnya dan mengatakan bahwa hal-hal itu keluar ”dari dalam,
dari hati orang”.
Matius 23:5-12
Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya
dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan
jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat
terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi.
Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu
Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu
menyebut siapapun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di
sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena
hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. Barangsiapa
terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa
merendahkan diri, ia akan ditinggikan.
Batas antara keangkuhan diri dan kerinduan untuk melakukan yang terbaik
bagi kemuliaan Tuhan begitu tipis. Alasan kita melakukan suatu hal menentukan
apakah kita melakukan hal tersebut untuk pujian bagi diri kita dan
menyombongkan diri ataukah kita melakukan semuanya agar kemuliaan Tuhan
dinyatakan di atas bumi. Dua orang yang sama-sama melakukan kegiatan berdoa
jika dilihat kedalam hatinya bisa jadi memiliki motivasi hati yang berbeda.
Yang satu bisa jadi berdoa dan rajin beribadah karena ingin dipuji orang
sebagai orang yang suci. Yang lain berdoa dan rajin beribadah karena
benar-benar mengasihi Allahnya.
Bahkan
orang yang tadinya rendah hati dalam pelayanannya kepada Allah dapat menjadi
angkuh karena mendapatkan kekayaan atau kekuasaan, atau oleh karena keelokan
rupanya, keberhasilan, hikmat, atau pujian dari orang lain. Salah satu contoh
ialah Raja Uzzia dari Yehuda. Ia memerintah dengan baik dan diberkati oleh
Yehuwa selama bertahun-tahun.
2Taw
26:3-5
Uzia
berumur enam belas tahun pada waktu ia menjadi raja dan lima puluh dua tahun
lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Yekholya, dari Yerusalem.
Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, tepat seperti yang dilakukan Amazia,
ayahnya. Ia mencari Allah selama hidup Zakharia, yang mengajarnya supaya takut
akan Allah. Dan selama ia mencari TUHAN, Allah membuat segala usahanya
berhasil.
Namun,
catatan Alkitab menyatakan, Uzzia meninggikan diri dan melakukan tugas imam,
suatu hak istimewa yang jelas-jelas tidak Allah berikan kepada raja-raja Israel,
sebab Ia memisahkan tugas raja dan tugas imam.
2Taw
26:16
”Akan
tetapi, segera setelah ia menjadi kuat, hatinya menjadi angkuh bahkan sampai
menyebabkan kebinasaan, sehingga ia bertindak tidak setia terhadap Yehuwa,
Allahnya, dan masuk ke dalam bait Yehuwa untuk membakar dupa di atas mezbah
dupa.”
Sesaat saja kita lengah
kesombongan itu akan muncul untuk menggoda dan membuai dengan manisnya kata
pujian dan pemegahan diri. Ijinkan Tuhan untuk menyelidiki setiap motivasi kita
melakukan sesuatu. Biarkan Tuhan memperbaiki motivasi hati yang salah. Teruslah
kita memperbaharui motivasi di dalam hati kita dengan motivasi yang bernar
yaitu melakukan segala sesuatu untuk kemulian Tuhan sehingga namaNya
ditinggikan di atas bumi.
1 Korintus 10:31
Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika
engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan
Allah
dan Keangkuhan juga berbicara tentang dorongan bagi manusia yang selalu ingin membuktikan bahwa dirinya bisa, bahwa dirinya memiliki kekuatan dan kehebatan, bahwa dirinya memiliki keunggulan sehingga dia layak menerima pengakuan dari orang di sekitarnya.
Matius 4:5-7
Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan
Bait Allah, lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah
diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis : Mengenai Engkau Ia akan
memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas
tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." Yesus berkata
kepadanya: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai
Tuhan, Allahmu!"
Tanpa membuktikan diriNya
dengan menjatuhkan diri, Yesus adalah tetap seorang anak Allah. Yesus tahu dan
menegaskan bahwa identitasnya sebagai Anak Allah tidak perlu pembuktian lagi.
Roma
8:15-16
“Sebab kamu tidak
menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah
menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: “ya
Abba, ya Bapa!” Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita
adalah anak-anak Allah.

1 Yohanes 3:1
“Lihatlah,
betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut
sebagai anak-anak Allah,…”
Ketika
kita paham dan tahu dengan pasti identitas dan otoritas yang Dia berikan yaitu
sebagai Anak Allah di hadapan Tuhan sehingga apa yang orang lain katakan
tentang kita tidak akan mengubah identitas kita. Tidak ada pembuktian yang
harus dilakukan, tidak perlu berusaha agar kita disebut anak Allah. Karena
Tuhan melayakkan dan memberikan status Anak Allah kepada kita karena kasih
karuniaNya yang begitu besar atas kita. Tidak perlu pembuktian lagi dengan apa
yang kita punya ataupun kesuksesan kita karena identitas kita sudah jelas sebagai
anak Allah. Dan tidak perlu ada keangkuhan yang perlu kita banggakan karena
segala sesuatu yang Tuhan percayakan dalam hidup kita adalah sebuah anugerah,
sebuah titipan yang harus kita jalankan untuk memberkati setiap orang di bangsa
ini sehingga nama Tuhan semakin dipermuliakan di atas bumi ini..
Setiap orang yang tinggi
hati adalah kekejian bagi Tuhan, sungguh ia tidak akan luput dari hukuman
1 Petrus 5:5
Allah menentang orang yang
congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.
P.S. 27 Maret 2014
.God Bless you.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar