Minggu, 12 Oktober 2014

Alasan Dibalik Cobaan



“Katamu Tuhan itu baik dan penuh kasih. Lalu kenapa Tuhan ijinkan hal yang buruk ini terjadi menimpa diriku?”

Lontaran pertanyaan yang seringkali kita mendengar pertanyaan itu terlontar ketika kita berada dalam situasi yang menyesakkan hati dan jiwa kita. Ketika peperangan, kesakitan, kehilangan, kekecewaan, kematian, kegagalan dan kehancuran datang dalam hidup kita. Ketika keadaan yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Seringkali protes dan mempertanyakan alasannya kepada Tuhan, bahkan tidak jarang kita bertanya dengan menggugat.

Sebelum kita mencoba untuk bertanya dan mencoba memahami alasan mengapa hal buruk banyak terjadi pada orang yang percaya pada Tuhan ingatlah bahwa Allah adalah Pribadi yang Kekal, Tak Terbatas, Maha Tahu, Maha Hadir, Maha Kuasa, dll. Bagaimana mungkin kita manusia yang tidak kekal, terbatas, tidak maha tahu, tidak maha kuasa atau tidak maha hadir dapat mencoba memahami jalan-jalan Tuhan secara sepenuhnya?

Di dalam Kitab Ayub, Tuhan mengijinkan Iblis melakukan apa saja terhadap Ayub, asal jangan membunuh dia. Bagaimana reaksi Ayub?

Ayub adalah salah satu dari yang terbaik diantara umat Tuhan. Tuhan bersaksi tentang Ayub bahwa tidak ada yang seperti dia di bumi, bahwa ia adalah orang yang tak bercela dan lurus hati, ia takut akan Tuhan dan membenci kejahatan ( Ayub 1:1, 8). Ayub telah dikenal karena kesetiaannya. Ia tidaklah tanpa berdosa, seperti tersirat dikata tak bercela dalam ayat 1 dan 8. Itu artinya dia secara etika baik, moralnya benar, dan taat pada Tuhan. Ayub mempunyai suatu penghormatan yang tulus dan dalam pada Tuhan. Praktek yang konsistennya adalah untuk menjaga Tuhan tetap ditempat tertinggi dan dihormati. Ia seorang yang setia. Ayub dikenal dengan kekayaannya. Ia memiliki tujuh ribu ekor kambing domba, tiga ribu ekor unta, lima ratus pasang lembu, lima ratus keledai betina dan budak-budak dalam jumlah yang sangat besar ( Ayub 1:3). Ia memiliki kekayaan yang besar, Tuhanlah yang telah menyebabkan dia berhasil( Ayub 1:10, 21).Ayub dikenal dengan keluarganya. Ia mendapat tujuh anak laki-laki dan tiga anak perempuan ( Ayub 1:2). Keluarga Ayub dan kekayaannya adalah berkat Tuhan. Catatan menunjukkan bahwa Ayub mencintai keluarganya. Cintanya untuk Tuhan tercermin dari cintanya untuk anak-anaknya. Sebagai pemimpin rohani dari keluarganya, ia membawa mereka dalam doanya kepada Tuhan. Pelayanan yang paling tinggi dari orangtua kepada anak-anaknya adalah memperhatikan kesejahteraan rohani mereka. Ayub adalah seorang kepala keluarga yang baik.Akhirnya, Ayub adalah orang yang tenar. Catatan menulis kalau dia adalah yang terbesar dari semua orang-orang timur ( Ayub 1:3). Ayub lebih berhasil dari semua pria pada jamannya. Ia dipandang oleh manusia dan Tuhan. Tuhan sendiri menyatakan bahwa Ia tidak punya alasan untuk mencelakakan Ayub ( Ayub 2:3).

Namun Tuhan mengijinkan Ayub untuk menjalani lembah yang dalam dan mengharuskan dia mengalami penderitaan. Dalam sekejap Ayub kehilangan segala-galanya - harta benda, kesepuluh anaknya, dan kesehatannya. Setan meneruskan pencobaan terhadap Ayub sampai batas maksimal iman manusia. Di dalam suatu rangkaian peristiwa, semua milik Ayub, yang telah didapat hampir seumur hidupnya, telah diambil dari dia. Pencuri dari Sabeans dan Chaldeans menggerebek ternak dan membunuh penjaganya. Kilat membinasakan 7,000 domba-domba dan para gembala. Puncak bencana datang ketika angin topan membinasakan rumah, membunuh semua anak-anak Ayub ( Ayub 1:13,19). Ayub telah mengalami ujian tertinggi. Ia hancur mendengar laporan kerugian. Ini adalah pencobaan terberat Ayub, lembah paling dalam.

Dalam kondisi yang seperti itu, bisa saja Ayub mempertanyakan tentang kebaikan Allah. Bisa saja Ayub menggerutu kenapa Tuhan mengijinkan semuanya terjadi. Namun respon Ayub tidaklah demikian. Ayub memang tidak memahami mengapa Tuhan mengijinkan semua yang terjadi, namun dia tahu bahwa Tuhan itu baik dan karena itu dia tetap percaya kepadaNya.
Ayub tidak mencoba mengerti alasan Allah untuk mengijinkan pencobaan itu datang atas dirinya, namun yang Ayub mengerti bahwa Allah itu baik, adil, pengasih dan pemurah.
Ayub tidak mempunyai informasi kenapa semua ini terjadi. Ia tidak mengetahui bahwa Tuhan yang telah memilih dia sebagai Instrumen khusus untuk menunjukkan kalau manusia mencintai dan melayaniNya sebab Ia adalah Tuhan, dan untuk mempertahankan karakter Tuhan. Bagi Ayub, percobaan itu tanpa maksud dan pemahaman. Tetapi seperti akan kita lihat, Ayub membuktikan bahwa kasih dan kesetiaan manusia pada Tuhan bisa tulus, bahkan disaat yang paling pahit.
 Ayub 1:20,21

Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah.

Katanya : Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!

Mengoyak jubahnya dan mencukur rambutnya adalah tanda duka cita. Ini adalah perlambangan perkabungan. Menjatuhkan diri ketanah bukanlah suatu tindakan keputus-asaan, tapi suatu perbuatan penghormatan dan tunduk di hadapan Tuhan Allah. Dengan melakukan itu, Ayub menyembah ( 1:20) dan berserah penuh kepada Tuhan.

Pertanyaannya adalah sudahkah aku belajar bersikap seperti Ayub? Apakah seluruh kehendakku telah diserahkan pada Tuhan seperti Ayub? Apakah aku bisa tetap mencintai Tuhan bila kita menghadapi hal yang sama seperti Ayub? Dapatkah aku katakan dengan sungguh dari hati yang berserah, Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil; terpujilah nama Tuhan?
Belajarlah untuk menghargai sebuah ujian, bukan sebagai anak panah Setan yang berapi-api ( Efesus 6:16) tetapi sebagai panah dari Tuhan (Ayub 6:4). Ia yang mengirim panah itu telah membalut dan merawat lukanya. Menurut waktuNya, dan untuk tujuan baikNya, Ia akan menyembuhkannya dengan sempurna. Meskipun ia membunuh aku, namun aku akan tetap percaya ( Ayub 13:15)
Amsal 3:5-6

”Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu” 
 
Belajar untuk berserah sepenuhnya kepada Tuhan. Percayalah bahwa Allah adalah Tuhan yang adil dan penuh kuasa, yang akan memberikan jalan keluar tepat pada waktuNya.

Selasa, 23 September 2014

Oceans (where Feet May Fail)

Verse 1
Bm                        A/C#  D
  You call me out upon the waters
          A                                     G
The great unknown where feet may fail
Bm                         A/C#   D
 And there I find You in the mystery
             A                          G
In oceans deep my faith will stand

Chorus
G        D                  A
 I will call upon Your Name
G                     D                   A
  And keep my eyes above the waves
                     G
When oceans rise
                    D                     A
My soul will rest in Your embrace
               G             A         Bm
For I am Yours and You are mine

Verse 2
Your grace abounds in deepest waters
Your sovereign hand will be my guide
Where feet may fail and fear surrounds me
You've never failed and You won't start now

Bridge
Bm                                   G         
 Spirit lead me where my trust is without borders
              D          
Let me walk upon the waters
        A
Wherever You would call me
Bm                                   G
 Take me deeper than my feet could ever wander
              D        
And my faith will be made stronger
              A
In the presence of my Saviour

Last Chorus
I will call upon Your Name
Keep my eyes above the waves
When oceans rise
My soul will rest in Your embrace
I am Yours and You are mine

Rabu, 26 Maret 2014

Keangkuhan hidup



Seringkali bila seseorang  telah mencapai keberhasilan, kesuksesan, kekuatan dan ketenaran di dalam hidupnya, maka ia akan lupa diri dan menjadi angkuh. Seringkali Karena kita merasa bahwa apa yang kita miliki adalah hasil kerja keras selama bertahun-tahun. Kita merasa telah merintis sebuah kesuksesan, kejayaan dan kemahsyuran dengan usaha keras kita sendiri.

Berasal dari bahasa Yunani dan Ibrani, arti dasar dari kata ”angkuh” ialah menampilkan diri ”tinggi”, ”mulia”, ”unggul”, dan ”hebat”. Orang yang angkuh menganggap dirinya lebih unggul, lebih tinggi daripada sesamanya. Akibatnya, orang seperti itu biasanya menuntut penghormatan serta perhatian yang berlebihan dan memperlakukan orang lain dengan tidak hormat dan hina. Segala tingkah laku yang mengejar kehormatan, membanggakan gelar, keturunan, koneksi dan jabatan yang dimiliki adalah contoh dari sebuah keangkuhan.

C.S. Lewis menggarisbawahi natur dari kesombongan, adalah suatu kompetisi. Seorang manusia ingin diakui dan dipuji oleh manusia yang lain dan tidak mau kalah dengan yang lain. Seseorang menjadi sombong dan angkuh karena dia membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain. Seseorang menjadi sombong karena dia lebih kaya, lebih pandai, lebih cantik/tampan, lebih berpengalaman, atau lebih berkuasa dibanding orang lain. Karena jika semua orang lain menjadi sama kaya, sama pandai, sama cantik/tampan, sama berpengalaman, sama berkuasa, maka tidak ada lagi hal yang dapat disombongkan.

Lukas 18:9-14
Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain,  Yesus mengatakan perumpamaan ini: "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
Tidak ada orang yang mengaku bahwa dirinya sombong, serta merta menyatakan bahwa aku sombong. Yang sering justru sebaliknya yaitu orang yang sombong tidak menyadari bahwa dirinya sombong.  Orang Farisi dalam cuplikan ayat di atas berlaku arogan karena ia membandingkan dirinya dengan orang lain, khususnya dengan si pemungut cukai yang berada didekatnya. Ia merasa lebih superior dan lebih suci sehingga dia merasa dirinya memiliki hak untuk bermegah dalam dirinya sendiri. Yang menarik untuk dicermati adalah orang Farisi itu hanya berdoa di dalam hati dan Allah mengetahui maksud hatinya untuk menyombongkan diri. Inilah yang menyebabkan kesombongan itu begitu sulit terdeteksi karena tidak perlu terungkap keluar secara verbal dan cukup berada dalam hati dirinya sendiri. Tanpa refleksi yang sungguh, sulit untuk memeriksa, menerima, apalagi mengakui bahwa kita sombong. Tanpa refleksi yang sungguh- sungguh, sulit untuk memeriksa, menerima, apalagi mengakui bahwa kita sombong.

Markus 7:20-23
Kata-Nya lagi: "Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, keangkuhan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang."

Kesombongan menutup pikiran dari ide-ide baru.
Tidak ada orang yang congkak, angkuh, atau sombong yang mempunyai roh yang lemah lembut dan mau diajar. Dalam Amsal 26:12 berkata, "Jika engkau melihat orang yang menganggap dirinya bijak, harapan bagi orang bebal lebih banyak dari pada bagi orang itu.". Dengan kesombongan, seseorang seringkali menutup kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi.

Kesombongan menutup pikiran dari pendapat orang lain.
Sebuah nasihat bijak pernah diungkapkan oleh Steven Covey, "Diperlukan kerendahan hati untuk mencari pendapat orang lain. Di perlukan kebijaksanaan untuk memahaminya, menganalisisnya dan dengan layak bertindak sesuai dengan hal tersebut."
Menerima masukan dan kritikan adalah sebuah awal keberhasilan di bidang apapun. Selama Anda tidak belajar untuk menerima umpan balik dari orang lain, Anda tidak akan pernah bertumbuh. Kesombongan seringkali membuat seseorang tuli untuk mendengarkan hal penting tersebut.

Kesombongan mencegah kita untuk mengakui kesalahan.
Ketakutan mungkin mencegah seseorang untuk mengakui kesalahan yang dibuatnya, tetapi lebih sering yang menjadi penyebabnya. Pada hal salah satu cara Anda untuk bisa bertumbuh dan naik selevel lebih tinggi dalam kehidupan adalah dengan mengakui kesalahan.

Keangkuhan adalah sifat atau karakteristik yang buruk, bukan sekadar sesuatu yang timbul dari pikiran. Disebutkan bahwa keangkuhan bersama-sama dengan pembunuhan, perzinaan, pencurian, percabulan, hujat, dan perbuatan salah lainnya dan mengatakan bahwa hal-hal itu keluar ”dari dalam, dari hati orang”.

Matius 23:5-12
Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapapun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.

Batas antara keangkuhan diri dan kerinduan untuk melakukan yang terbaik bagi kemuliaan Tuhan begitu tipis. Alasan kita melakukan suatu hal menentukan apakah kita melakukan hal tersebut untuk pujian bagi diri kita dan menyombongkan diri ataukah kita melakukan semuanya agar kemuliaan Tuhan dinyatakan di atas bumi. Dua orang yang sama-sama melakukan kegiatan berdoa jika dilihat kedalam hatinya bisa jadi memiliki motivasi hati yang berbeda. Yang satu bisa jadi berdoa dan rajin beribadah karena ingin dipuji orang sebagai orang yang suci. Yang lain berdoa dan rajin beribadah karena benar-benar mengasihi Allahnya.

Bahkan orang yang tadinya rendah hati dalam pelayanannya kepada Allah dapat menjadi angkuh karena mendapatkan kekayaan atau kekuasaan, atau oleh karena keelokan rupanya, keberhasilan, hikmat, atau pujian dari orang lain. Salah satu contoh ialah Raja Uzzia dari Yehuda. Ia memerintah dengan baik dan diberkati oleh Yehuwa selama bertahun-tahun.

2Taw 26:3-5
Uzia berumur enam belas tahun pada waktu ia menjadi raja dan lima puluh dua tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Yekholya, dari Yerusalem. Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, tepat seperti yang dilakukan Amazia, ayahnya. Ia mencari Allah selama hidup Zakharia, yang mengajarnya supaya takut akan Allah. Dan selama ia mencari TUHAN, Allah membuat segala usahanya berhasil.

Namun, catatan Alkitab menyatakan, Uzzia meninggikan diri dan melakukan tugas imam, suatu hak istimewa yang jelas-jelas tidak Allah berikan kepada raja-raja Israel, sebab Ia memisahkan tugas raja dan tugas imam.

2Taw 26:16
”Akan tetapi, segera setelah ia menjadi kuat, hatinya menjadi angkuh bahkan sampai menyebabkan kebinasaan, sehingga ia bertindak tidak setia terhadap Yehuwa, Allahnya, dan masuk ke dalam bait Yehuwa untuk membakar dupa di atas mezbah dupa.”
Sesaat saja kita lengah kesombongan itu akan muncul untuk menggoda dan membuai dengan manisnya kata pujian dan pemegahan diri. Ijinkan Tuhan untuk menyelidiki setiap motivasi kita melakukan sesuatu. Biarkan Tuhan memperbaiki motivasi hati yang salah. Teruslah kita memperbaharui motivasi di dalam hati kita dengan motivasi yang bernar yaitu melakukan segala sesuatu untuk kemulian Tuhan sehingga namaNya ditinggikan di atas bumi.

1 Korintus 10:31
Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah

Kesombongan

dan Keangkuhan juga berbicara tentang dorongan bagi manusia yang selalu ingin membuktikan bahwa dirinya bisa, bahwa dirinya memiliki kekuatan dan kehebatan, bahwa dirinya memiliki keunggulan sehingga dia layak menerima pengakuan dari orang di sekitarnya.

Matius 4:5-7
Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis : Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." Yesus berkata kepadanya: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"

Tanpa membuktikan diriNya dengan menjatuhkan diri, Yesus adalah tetap seorang anak Allah. Yesus tahu dan menegaskan bahwa identitasnya sebagai Anak Allah tidak perlu pembuktian lagi.

Roma 8:15-16
“Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: “ya Abba, ya Bapa!” Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.

Ketahuilah bahwa Tuhan melayakkan dan memposisikan kita sebagai anak-anak Allah di dalam Kerajaan-Nya. Tuhan telah menyediakan dan mencukupkan segala kebutuhan kita karena Yesus telah mati bagi kita membayar hal itu. Kelimpahan yang Tuhan sediakan, menjadi kesadaran baru untuk layak diterima dari Bapa.

1 Yohanes 3:1
“Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut sebagai anak-anak Allah,…”

Ketika kita paham dan tahu dengan pasti identitas dan otoritas yang Dia berikan yaitu sebagai Anak Allah di hadapan Tuhan sehingga apa yang orang lain katakan tentang kita tidak akan mengubah identitas kita. Tidak ada pembuktian yang harus dilakukan, tidak perlu berusaha agar kita disebut anak Allah. Karena Tuhan melayakkan dan memberikan status Anak Allah kepada kita karena kasih karuniaNya yang begitu besar atas kita. Tidak perlu pembuktian lagi dengan apa yang kita punya ataupun kesuksesan kita karena identitas kita sudah jelas sebagai anak Allah. Dan tidak perlu ada keangkuhan yang perlu kita banggakan karena segala sesuatu yang Tuhan percayakan dalam hidup kita adalah sebuah anugerah, sebuah titipan yang harus kita jalankan untuk memberkati setiap orang di bangsa ini sehingga nama Tuhan semakin dipermuliakan di atas bumi ini..

Amsal 16:5
Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi Tuhan, sungguh ia tidak akan luput dari hukuman

1 Petrus 5:5
Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.

P.S. 27 Maret 2014
.God Bless you.

Kamis, 20 Maret 2014

Hubungan yang Bertumbuh



Mazmur 139:13-17
139:13 Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku.
139:14 Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.
139:15 Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah;
139:16 mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya.
139:17 Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! Betapa besar jumlahnya!

Tuhan membekali setiap dari kita dengan semua hal yang kita perlukan untuk menyelesaikan perjalanan menuju masa depan yang Tuhan telah rancangkan bagi kita masing-masing. Bekal yang Tuhan telah siapkan itu adalah sebuah potensi. Tuhan menanam dan merancang setiap potensi tersebut di dalam diri masing-masing kita. Segala potensi tersebut telah Tuhan taruh selama kita belum terbentuk, selama kita masih “direkam di bagian bumi yang paling bawah” sehingga segala potensi dan masa depan yang telah Tuhan persiapkan, terjebak di dalam diri kita sendiri.

Meskipun demikian, Tuhan tidak menciptakan kita supaya hidup menyendiri mengasah potensi yang sudah ada di dalam kita. Tuhan mengeluarkan potensi yang sudah ada di dalam kita tersebut melalui sebuah hubungan (relationship) dengan semua orang yang kita temui di dalam hidup kita. Tuhan memakai orang lain dan komunitas untuk membentuk dan mengasah potensi kita. Semua yang ada di sekitar kita akan menjadi alat bagi Tuhan untuk mengasah potensi di dalam kita.

Keadaan kita saat ini adalah akibat dari hubungan yang sedang kita bina dan telah kita bina di masa lampau. Kebenarannya adalah tidak semua orang yang memiliki hubungan yang baik dengan setiap orang dan memiliki hubungan dengan banyak orang bisa berhasil. Kenapa demikian? Karena salah satu faktor yang menentukan keberhasilan kita adalah kemampuan kita untuk menjauhi orang yang perlu kita jauhi dan kemampuan kita untuk mendekati orang yang perlu kita dekati. Dengan siapa kita menjalin komunitas akan mengasah kita untuk bisa bertumbuh secara jasmani, rohani, dan cara berpikir. Suatu hubungan yang dapat terjalin dengan baik adalah dasar yang paling inti untuk kita bisa membangun pertumbuhan rohani, pernikahan, bisnis, dan pelayanan yang baik. Hubungan dengan Tuhan, dengan sesama kita, dengan orang tua kita, dengan saudara kita, dan bahkan dengan orang-orang yang tidak kita sukai, orang yang menjengkelkan buat kita.

Amsal 27:17                                                                                                                                    
Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.

Ketika besi bertemu besi, maka akan terjadi panas dan percikan api, akibatnya besi tersebut akan menjadi lebih tajam daripada sebelumnya. Demikian juga dengan kita perlu orang lain untuk membuat kita lebih baik dari sebelumnya. Kita juga memerlukan orang yang kita tidak suka untuk menajamkan kita. Orang yang buat kita kesal, orang yang menguji kesabaran kita, orang yang mendorong kita sampai batas kesabaran kita. Kita memerlukan mereja juga, orang-orang yang tidak menyenangkan dan yang menyenangkan. Semua orang, The Good, The Bad, and The Ugly, mereka semua diletakkan Tuhan di sekitar kita untuk suatu alasan yaitu untuk mengasah kita dan membuat kita lebih dewasa dan lebih baik dari sebelumnya.

Amsal 14:4
Kandang yang kosong tetap bersih, tetapi tenaga lembulah yang menghasilkan uang

Hidup ini adalah sebuah pilihan. Supaya sawah bisa dikerjakan dan menghasilkan tanah yang gembur yang bisa menghasilkan, kita perlu lembu untuk menarik bajak. Di lain sisi, ketika kita memelihara lembu, jangan berharap kandangnya akan bersih karena lembu mengeluarkan kotoran. Kita bisa memilih tidak memelihara lembu sehingga kandang lembu tetap bersih namun kita tidak menghasilkan apa-apa, atau kita bisa memilih memelihara lembu dan menghasilkan dengan konsekuensi kandang yang terisi lembu akan penuh dengan kotoran lembu dan kitalah yang harus membersihkannya.

Kita bisa memilih untuk berdiam diri di rumah, sibuk dengan diri kita sendiri. Atau kita pergi keluar, menjadi berkat untuk orang lain dengan resiko bertemu dengan orang-orang yang berpotensi untuk tidak menyenangkan hati kita. Kita bisa memilih untuk diam di rumah, atau pergi beribadah di gereja dan persekutuan, dengan resiko bertemu orang yang menjengkelkan tetapi akan membuat kita bertumbuh dalam hal rohani, jasmani dan kedewasaan kita.

Kotoran lembu tidak selamanya merugikan, kita bisa mengolahnya dan dijadikan sebagai pupuk yang membantu menjadikan tanah kita subur. Setiap pengalaman buruk, ejekan, kritik, apapun permasalahan yang buruk yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup kita harusnya bisa kita cerna dan olah menjadi masukan untuk pengembangan diri kita sendiri.

Ibrani 10:25
Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.

Dunia penuh dengan ketidaksempurnaan. Dunia penuh dengan orang-orang yang tidak sempurna, termasuk juga diri kita sendiri. Mari kita belajar untuk berhenti melihat ketidaksempurnaan dan kelemahan setiap orang di sekitar kita, tapi mari kita lihat keunikan dan kekuatan setiap orang yang Tuhan taruh dalam hidup kita, karena Tuhan menaruh mereka di dalam hidup kita karena suatu alasan, untuk membuat kita lebih tajam, untuk membuat kita lebih berguna, dan lebih dewasa. Menjadi versi diri kita yang lebih baik. Menyendiri dan menghindari persekutuan dan pertemanan akan membuat kita akan semakin terpuruk dan jatuh sehingga kita tidak menghasilkan apapun.

Kita bisa memilih untuk tetap bersih dengan menjauhi setiap pertemanan yang Tuhan mau taruh dalam hidup kita tetapi tidak menghasilkan keuntungan! Atau kita bisa belajar berani untuk keluar, dan berkomunikasi dengan semua orang yang ada di sekitar kita, baik orang yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, sehingga kita bisa semakin dewasa! Itu pilihan masing-masing dari kita.

Hakim-hakim 3:1-4
Inilah bangsa-bangsa yang dibiarkan TUHAN tinggal untuk mencobai orang Israel itu dengan perantaraan mereka, yakni semua orang Israel yang tidak mengenal perang Kanaan. --Maksudnya hanyalah, supaya keturunan-keturunan orang Israel yang tidak mengenal perang yang sudah-sudah, dilatih berperang oleh TUHAN. Yang tinggal ialah kelima raja kota orang Filistin dan semua orang Kanaan, orang Sidon dan orang Hewi, yang mendiami pegunungan Libanon, dari gunung Baal-Hermon sampai ke jalan yang menuju ke Hamat. Mereka itu ada di sana, supaya Ia mencobai orang Israel dengan perantaraan mereka untuk mengetahui, apakah mereka mendengarkan perintah yang diberikan TUHAN kepada nenek moyang mereka dengan perantaraan Musa.

Banyak orang bahkan anak-anak Tuhan yang tercemar dengan berbagai macam penyakit hati seperti sakit hati, iri hati, patah hati, dll dikarenakan mereka tidak mengerti bagaimana membangun hubungan yang semestinya. Tidak mengerti bagaimana meletakkan orang dalam posisi yang salah dalam hubungannya dengan diri kita. Prinsip di dalam membina hubungan adalah:
1.        Perkenalan.
Semua hubungan dimulai dari tahap perkenalan. Di tingkat ini hubungan hanya sekadar informasi tentang permukaan atau sebatas “bungkus” saja.
2.        Kontak.
Tidak semua yang Anda kenal perlu Anda kontak. Bungkus mulai dibuka. Harus ada proses skrining yang harus dilakukan sebelum seseorang bisa kita tempatkan untuk hubungan pertemanan yang lebih dalam.
3.        Pertemanan.
Ada yang menjadi teman sebatas urusan kantor, urusan bisnis, urusan pelayanan dan cukup sampai disana. Tidak semua teman harus dijadikan sahabat.
4.        Persahabatan atau intim.
Seorang sahabat ada orang yang kenal, tahu kelemahan kita, dan mengasihi serta menerima kita apa adanya. Orang yang tahu kelebihan dan kekurangan kita, namun tetap mau menerima kita apa adanya. Inilah orang-orang yang paling mempengaruhi Anda, yang ikut menentukan masa depan Anda, yang melihat Anda dari dekat dan Anda tidak merasa risih. Dari lingkungan persahabatan inilah, kita memilih satu dari beberapa sahabat untuk menjadi pasangan hidup kita. Memilih yang terbaik dari yang paling baik. Dari posisi persahabatan ini juga bisa terjadi, semakin dekat kita ijinkan seseorang masuk ke dalam hidup kita, semakin besar resiko orang bisa menimbulkan rasa sakit bagi diri kita. Oleh karena itu, tidak semua orang boleh diijinkan masuk mendekat ke lingkaran persahabatan. Harus ada proses skrining.

Yohanes 16:12-13a
Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran

Tidak semua orang bisa menerima kebenaran. Perlu waktu bagi seseorang untuk menjadi lebih dewasa terlebih dahulu untuk menerima kebenaran. Demikian juga perlu waktu (perlu proses) dan kedewasaan untuk mengenal siapa Anda sebenarnya. Orang yang menerima kebenaran haruslah seseorang yang dewasa karena bila tidak maka akan ada banyak tuduhan dan penghakiman yang dilakukan untuk orang tersebut. Kemungkinan untuk gossip, kecewa, cemburu, yang menyebabkan Anda kemudian menjadi kecewa kepada sahabat adalah pada saat kita membuka diri atau membiarkan seorang teman yang belum siap atau yang belum dewasa untuk melihat kebenaran dari dekat.

Not everyone can handle you from close distance.
Yesus adalah pribadi yang dapat menerima kita apa adanya dan sudah seharusnya mendapat tempat di hati Anda yang paling dalam. Karena Dia tahu setiap kecacatan yang paling kecil, dosa yang paling dalam tersembunyi namun Tuhan Yesus tetap menerima kita apa adanya.

The good, The Bad and The Ugly in relationship can be used by God to make a better you as long as you keep Jesus in the center of your life.

Inspired by: Ps. Jeffry Rachmat – JPCC service – The Good, The Bad, and The Ugly
PS. 20 Maret 2014