Rabu, 26 Maret 2014

Keangkuhan hidup



Seringkali bila seseorang  telah mencapai keberhasilan, kesuksesan, kekuatan dan ketenaran di dalam hidupnya, maka ia akan lupa diri dan menjadi angkuh. Seringkali Karena kita merasa bahwa apa yang kita miliki adalah hasil kerja keras selama bertahun-tahun. Kita merasa telah merintis sebuah kesuksesan, kejayaan dan kemahsyuran dengan usaha keras kita sendiri.

Berasal dari bahasa Yunani dan Ibrani, arti dasar dari kata ”angkuh” ialah menampilkan diri ”tinggi”, ”mulia”, ”unggul”, dan ”hebat”. Orang yang angkuh menganggap dirinya lebih unggul, lebih tinggi daripada sesamanya. Akibatnya, orang seperti itu biasanya menuntut penghormatan serta perhatian yang berlebihan dan memperlakukan orang lain dengan tidak hormat dan hina. Segala tingkah laku yang mengejar kehormatan, membanggakan gelar, keturunan, koneksi dan jabatan yang dimiliki adalah contoh dari sebuah keangkuhan.

C.S. Lewis menggarisbawahi natur dari kesombongan, adalah suatu kompetisi. Seorang manusia ingin diakui dan dipuji oleh manusia yang lain dan tidak mau kalah dengan yang lain. Seseorang menjadi sombong dan angkuh karena dia membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain. Seseorang menjadi sombong karena dia lebih kaya, lebih pandai, lebih cantik/tampan, lebih berpengalaman, atau lebih berkuasa dibanding orang lain. Karena jika semua orang lain menjadi sama kaya, sama pandai, sama cantik/tampan, sama berpengalaman, sama berkuasa, maka tidak ada lagi hal yang dapat disombongkan.

Lukas 18:9-14
Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain,  Yesus mengatakan perumpamaan ini: "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
Tidak ada orang yang mengaku bahwa dirinya sombong, serta merta menyatakan bahwa aku sombong. Yang sering justru sebaliknya yaitu orang yang sombong tidak menyadari bahwa dirinya sombong.  Orang Farisi dalam cuplikan ayat di atas berlaku arogan karena ia membandingkan dirinya dengan orang lain, khususnya dengan si pemungut cukai yang berada didekatnya. Ia merasa lebih superior dan lebih suci sehingga dia merasa dirinya memiliki hak untuk bermegah dalam dirinya sendiri. Yang menarik untuk dicermati adalah orang Farisi itu hanya berdoa di dalam hati dan Allah mengetahui maksud hatinya untuk menyombongkan diri. Inilah yang menyebabkan kesombongan itu begitu sulit terdeteksi karena tidak perlu terungkap keluar secara verbal dan cukup berada dalam hati dirinya sendiri. Tanpa refleksi yang sungguh, sulit untuk memeriksa, menerima, apalagi mengakui bahwa kita sombong. Tanpa refleksi yang sungguh- sungguh, sulit untuk memeriksa, menerima, apalagi mengakui bahwa kita sombong.

Markus 7:20-23
Kata-Nya lagi: "Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, keangkuhan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang."

Kesombongan menutup pikiran dari ide-ide baru.
Tidak ada orang yang congkak, angkuh, atau sombong yang mempunyai roh yang lemah lembut dan mau diajar. Dalam Amsal 26:12 berkata, "Jika engkau melihat orang yang menganggap dirinya bijak, harapan bagi orang bebal lebih banyak dari pada bagi orang itu.". Dengan kesombongan, seseorang seringkali menutup kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi.

Kesombongan menutup pikiran dari pendapat orang lain.
Sebuah nasihat bijak pernah diungkapkan oleh Steven Covey, "Diperlukan kerendahan hati untuk mencari pendapat orang lain. Di perlukan kebijaksanaan untuk memahaminya, menganalisisnya dan dengan layak bertindak sesuai dengan hal tersebut."
Menerima masukan dan kritikan adalah sebuah awal keberhasilan di bidang apapun. Selama Anda tidak belajar untuk menerima umpan balik dari orang lain, Anda tidak akan pernah bertumbuh. Kesombongan seringkali membuat seseorang tuli untuk mendengarkan hal penting tersebut.

Kesombongan mencegah kita untuk mengakui kesalahan.
Ketakutan mungkin mencegah seseorang untuk mengakui kesalahan yang dibuatnya, tetapi lebih sering yang menjadi penyebabnya. Pada hal salah satu cara Anda untuk bisa bertumbuh dan naik selevel lebih tinggi dalam kehidupan adalah dengan mengakui kesalahan.

Keangkuhan adalah sifat atau karakteristik yang buruk, bukan sekadar sesuatu yang timbul dari pikiran. Disebutkan bahwa keangkuhan bersama-sama dengan pembunuhan, perzinaan, pencurian, percabulan, hujat, dan perbuatan salah lainnya dan mengatakan bahwa hal-hal itu keluar ”dari dalam, dari hati orang”.

Matius 23:5-12
Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapapun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.

Batas antara keangkuhan diri dan kerinduan untuk melakukan yang terbaik bagi kemuliaan Tuhan begitu tipis. Alasan kita melakukan suatu hal menentukan apakah kita melakukan hal tersebut untuk pujian bagi diri kita dan menyombongkan diri ataukah kita melakukan semuanya agar kemuliaan Tuhan dinyatakan di atas bumi. Dua orang yang sama-sama melakukan kegiatan berdoa jika dilihat kedalam hatinya bisa jadi memiliki motivasi hati yang berbeda. Yang satu bisa jadi berdoa dan rajin beribadah karena ingin dipuji orang sebagai orang yang suci. Yang lain berdoa dan rajin beribadah karena benar-benar mengasihi Allahnya.

Bahkan orang yang tadinya rendah hati dalam pelayanannya kepada Allah dapat menjadi angkuh karena mendapatkan kekayaan atau kekuasaan, atau oleh karena keelokan rupanya, keberhasilan, hikmat, atau pujian dari orang lain. Salah satu contoh ialah Raja Uzzia dari Yehuda. Ia memerintah dengan baik dan diberkati oleh Yehuwa selama bertahun-tahun.

2Taw 26:3-5
Uzia berumur enam belas tahun pada waktu ia menjadi raja dan lima puluh dua tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Yekholya, dari Yerusalem. Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, tepat seperti yang dilakukan Amazia, ayahnya. Ia mencari Allah selama hidup Zakharia, yang mengajarnya supaya takut akan Allah. Dan selama ia mencari TUHAN, Allah membuat segala usahanya berhasil.

Namun, catatan Alkitab menyatakan, Uzzia meninggikan diri dan melakukan tugas imam, suatu hak istimewa yang jelas-jelas tidak Allah berikan kepada raja-raja Israel, sebab Ia memisahkan tugas raja dan tugas imam.

2Taw 26:16
”Akan tetapi, segera setelah ia menjadi kuat, hatinya menjadi angkuh bahkan sampai menyebabkan kebinasaan, sehingga ia bertindak tidak setia terhadap Yehuwa, Allahnya, dan masuk ke dalam bait Yehuwa untuk membakar dupa di atas mezbah dupa.”
Sesaat saja kita lengah kesombongan itu akan muncul untuk menggoda dan membuai dengan manisnya kata pujian dan pemegahan diri. Ijinkan Tuhan untuk menyelidiki setiap motivasi kita melakukan sesuatu. Biarkan Tuhan memperbaiki motivasi hati yang salah. Teruslah kita memperbaharui motivasi di dalam hati kita dengan motivasi yang bernar yaitu melakukan segala sesuatu untuk kemulian Tuhan sehingga namaNya ditinggikan di atas bumi.

1 Korintus 10:31
Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah

Kesombongan

dan Keangkuhan juga berbicara tentang dorongan bagi manusia yang selalu ingin membuktikan bahwa dirinya bisa, bahwa dirinya memiliki kekuatan dan kehebatan, bahwa dirinya memiliki keunggulan sehingga dia layak menerima pengakuan dari orang di sekitarnya.

Matius 4:5-7
Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis : Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." Yesus berkata kepadanya: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"

Tanpa membuktikan diriNya dengan menjatuhkan diri, Yesus adalah tetap seorang anak Allah. Yesus tahu dan menegaskan bahwa identitasnya sebagai Anak Allah tidak perlu pembuktian lagi.

Roma 8:15-16
“Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: “ya Abba, ya Bapa!” Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.

Ketahuilah bahwa Tuhan melayakkan dan memposisikan kita sebagai anak-anak Allah di dalam Kerajaan-Nya. Tuhan telah menyediakan dan mencukupkan segala kebutuhan kita karena Yesus telah mati bagi kita membayar hal itu. Kelimpahan yang Tuhan sediakan, menjadi kesadaran baru untuk layak diterima dari Bapa.

1 Yohanes 3:1
“Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut sebagai anak-anak Allah,…”

Ketika kita paham dan tahu dengan pasti identitas dan otoritas yang Dia berikan yaitu sebagai Anak Allah di hadapan Tuhan sehingga apa yang orang lain katakan tentang kita tidak akan mengubah identitas kita. Tidak ada pembuktian yang harus dilakukan, tidak perlu berusaha agar kita disebut anak Allah. Karena Tuhan melayakkan dan memberikan status Anak Allah kepada kita karena kasih karuniaNya yang begitu besar atas kita. Tidak perlu pembuktian lagi dengan apa yang kita punya ataupun kesuksesan kita karena identitas kita sudah jelas sebagai anak Allah. Dan tidak perlu ada keangkuhan yang perlu kita banggakan karena segala sesuatu yang Tuhan percayakan dalam hidup kita adalah sebuah anugerah, sebuah titipan yang harus kita jalankan untuk memberkati setiap orang di bangsa ini sehingga nama Tuhan semakin dipermuliakan di atas bumi ini..

Amsal 16:5
Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi Tuhan, sungguh ia tidak akan luput dari hukuman

1 Petrus 5:5
Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.

P.S. 27 Maret 2014
.God Bless you.

Kamis, 20 Maret 2014

Hubungan yang Bertumbuh



Mazmur 139:13-17
139:13 Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku.
139:14 Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.
139:15 Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah;
139:16 mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya.
139:17 Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! Betapa besar jumlahnya!

Tuhan membekali setiap dari kita dengan semua hal yang kita perlukan untuk menyelesaikan perjalanan menuju masa depan yang Tuhan telah rancangkan bagi kita masing-masing. Bekal yang Tuhan telah siapkan itu adalah sebuah potensi. Tuhan menanam dan merancang setiap potensi tersebut di dalam diri masing-masing kita. Segala potensi tersebut telah Tuhan taruh selama kita belum terbentuk, selama kita masih “direkam di bagian bumi yang paling bawah” sehingga segala potensi dan masa depan yang telah Tuhan persiapkan, terjebak di dalam diri kita sendiri.

Meskipun demikian, Tuhan tidak menciptakan kita supaya hidup menyendiri mengasah potensi yang sudah ada di dalam kita. Tuhan mengeluarkan potensi yang sudah ada di dalam kita tersebut melalui sebuah hubungan (relationship) dengan semua orang yang kita temui di dalam hidup kita. Tuhan memakai orang lain dan komunitas untuk membentuk dan mengasah potensi kita. Semua yang ada di sekitar kita akan menjadi alat bagi Tuhan untuk mengasah potensi di dalam kita.

Keadaan kita saat ini adalah akibat dari hubungan yang sedang kita bina dan telah kita bina di masa lampau. Kebenarannya adalah tidak semua orang yang memiliki hubungan yang baik dengan setiap orang dan memiliki hubungan dengan banyak orang bisa berhasil. Kenapa demikian? Karena salah satu faktor yang menentukan keberhasilan kita adalah kemampuan kita untuk menjauhi orang yang perlu kita jauhi dan kemampuan kita untuk mendekati orang yang perlu kita dekati. Dengan siapa kita menjalin komunitas akan mengasah kita untuk bisa bertumbuh secara jasmani, rohani, dan cara berpikir. Suatu hubungan yang dapat terjalin dengan baik adalah dasar yang paling inti untuk kita bisa membangun pertumbuhan rohani, pernikahan, bisnis, dan pelayanan yang baik. Hubungan dengan Tuhan, dengan sesama kita, dengan orang tua kita, dengan saudara kita, dan bahkan dengan orang-orang yang tidak kita sukai, orang yang menjengkelkan buat kita.

Amsal 27:17                                                                                                                                    
Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.

Ketika besi bertemu besi, maka akan terjadi panas dan percikan api, akibatnya besi tersebut akan menjadi lebih tajam daripada sebelumnya. Demikian juga dengan kita perlu orang lain untuk membuat kita lebih baik dari sebelumnya. Kita juga memerlukan orang yang kita tidak suka untuk menajamkan kita. Orang yang buat kita kesal, orang yang menguji kesabaran kita, orang yang mendorong kita sampai batas kesabaran kita. Kita memerlukan mereja juga, orang-orang yang tidak menyenangkan dan yang menyenangkan. Semua orang, The Good, The Bad, and The Ugly, mereka semua diletakkan Tuhan di sekitar kita untuk suatu alasan yaitu untuk mengasah kita dan membuat kita lebih dewasa dan lebih baik dari sebelumnya.

Amsal 14:4
Kandang yang kosong tetap bersih, tetapi tenaga lembulah yang menghasilkan uang

Hidup ini adalah sebuah pilihan. Supaya sawah bisa dikerjakan dan menghasilkan tanah yang gembur yang bisa menghasilkan, kita perlu lembu untuk menarik bajak. Di lain sisi, ketika kita memelihara lembu, jangan berharap kandangnya akan bersih karena lembu mengeluarkan kotoran. Kita bisa memilih tidak memelihara lembu sehingga kandang lembu tetap bersih namun kita tidak menghasilkan apa-apa, atau kita bisa memilih memelihara lembu dan menghasilkan dengan konsekuensi kandang yang terisi lembu akan penuh dengan kotoran lembu dan kitalah yang harus membersihkannya.

Kita bisa memilih untuk berdiam diri di rumah, sibuk dengan diri kita sendiri. Atau kita pergi keluar, menjadi berkat untuk orang lain dengan resiko bertemu dengan orang-orang yang berpotensi untuk tidak menyenangkan hati kita. Kita bisa memilih untuk diam di rumah, atau pergi beribadah di gereja dan persekutuan, dengan resiko bertemu orang yang menjengkelkan tetapi akan membuat kita bertumbuh dalam hal rohani, jasmani dan kedewasaan kita.

Kotoran lembu tidak selamanya merugikan, kita bisa mengolahnya dan dijadikan sebagai pupuk yang membantu menjadikan tanah kita subur. Setiap pengalaman buruk, ejekan, kritik, apapun permasalahan yang buruk yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup kita harusnya bisa kita cerna dan olah menjadi masukan untuk pengembangan diri kita sendiri.

Ibrani 10:25
Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.

Dunia penuh dengan ketidaksempurnaan. Dunia penuh dengan orang-orang yang tidak sempurna, termasuk juga diri kita sendiri. Mari kita belajar untuk berhenti melihat ketidaksempurnaan dan kelemahan setiap orang di sekitar kita, tapi mari kita lihat keunikan dan kekuatan setiap orang yang Tuhan taruh dalam hidup kita, karena Tuhan menaruh mereka di dalam hidup kita karena suatu alasan, untuk membuat kita lebih tajam, untuk membuat kita lebih berguna, dan lebih dewasa. Menjadi versi diri kita yang lebih baik. Menyendiri dan menghindari persekutuan dan pertemanan akan membuat kita akan semakin terpuruk dan jatuh sehingga kita tidak menghasilkan apapun.

Kita bisa memilih untuk tetap bersih dengan menjauhi setiap pertemanan yang Tuhan mau taruh dalam hidup kita tetapi tidak menghasilkan keuntungan! Atau kita bisa belajar berani untuk keluar, dan berkomunikasi dengan semua orang yang ada di sekitar kita, baik orang yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, sehingga kita bisa semakin dewasa! Itu pilihan masing-masing dari kita.

Hakim-hakim 3:1-4
Inilah bangsa-bangsa yang dibiarkan TUHAN tinggal untuk mencobai orang Israel itu dengan perantaraan mereka, yakni semua orang Israel yang tidak mengenal perang Kanaan. --Maksudnya hanyalah, supaya keturunan-keturunan orang Israel yang tidak mengenal perang yang sudah-sudah, dilatih berperang oleh TUHAN. Yang tinggal ialah kelima raja kota orang Filistin dan semua orang Kanaan, orang Sidon dan orang Hewi, yang mendiami pegunungan Libanon, dari gunung Baal-Hermon sampai ke jalan yang menuju ke Hamat. Mereka itu ada di sana, supaya Ia mencobai orang Israel dengan perantaraan mereka untuk mengetahui, apakah mereka mendengarkan perintah yang diberikan TUHAN kepada nenek moyang mereka dengan perantaraan Musa.

Banyak orang bahkan anak-anak Tuhan yang tercemar dengan berbagai macam penyakit hati seperti sakit hati, iri hati, patah hati, dll dikarenakan mereka tidak mengerti bagaimana membangun hubungan yang semestinya. Tidak mengerti bagaimana meletakkan orang dalam posisi yang salah dalam hubungannya dengan diri kita. Prinsip di dalam membina hubungan adalah:
1.        Perkenalan.
Semua hubungan dimulai dari tahap perkenalan. Di tingkat ini hubungan hanya sekadar informasi tentang permukaan atau sebatas “bungkus” saja.
2.        Kontak.
Tidak semua yang Anda kenal perlu Anda kontak. Bungkus mulai dibuka. Harus ada proses skrining yang harus dilakukan sebelum seseorang bisa kita tempatkan untuk hubungan pertemanan yang lebih dalam.
3.        Pertemanan.
Ada yang menjadi teman sebatas urusan kantor, urusan bisnis, urusan pelayanan dan cukup sampai disana. Tidak semua teman harus dijadikan sahabat.
4.        Persahabatan atau intim.
Seorang sahabat ada orang yang kenal, tahu kelemahan kita, dan mengasihi serta menerima kita apa adanya. Orang yang tahu kelebihan dan kekurangan kita, namun tetap mau menerima kita apa adanya. Inilah orang-orang yang paling mempengaruhi Anda, yang ikut menentukan masa depan Anda, yang melihat Anda dari dekat dan Anda tidak merasa risih. Dari lingkungan persahabatan inilah, kita memilih satu dari beberapa sahabat untuk menjadi pasangan hidup kita. Memilih yang terbaik dari yang paling baik. Dari posisi persahabatan ini juga bisa terjadi, semakin dekat kita ijinkan seseorang masuk ke dalam hidup kita, semakin besar resiko orang bisa menimbulkan rasa sakit bagi diri kita. Oleh karena itu, tidak semua orang boleh diijinkan masuk mendekat ke lingkaran persahabatan. Harus ada proses skrining.

Yohanes 16:12-13a
Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran

Tidak semua orang bisa menerima kebenaran. Perlu waktu bagi seseorang untuk menjadi lebih dewasa terlebih dahulu untuk menerima kebenaran. Demikian juga perlu waktu (perlu proses) dan kedewasaan untuk mengenal siapa Anda sebenarnya. Orang yang menerima kebenaran haruslah seseorang yang dewasa karena bila tidak maka akan ada banyak tuduhan dan penghakiman yang dilakukan untuk orang tersebut. Kemungkinan untuk gossip, kecewa, cemburu, yang menyebabkan Anda kemudian menjadi kecewa kepada sahabat adalah pada saat kita membuka diri atau membiarkan seorang teman yang belum siap atau yang belum dewasa untuk melihat kebenaran dari dekat.

Not everyone can handle you from close distance.
Yesus adalah pribadi yang dapat menerima kita apa adanya dan sudah seharusnya mendapat tempat di hati Anda yang paling dalam. Karena Dia tahu setiap kecacatan yang paling kecil, dosa yang paling dalam tersembunyi namun Tuhan Yesus tetap menerima kita apa adanya.

The good, The Bad and The Ugly in relationship can be used by God to make a better you as long as you keep Jesus in the center of your life.

Inspired by: Ps. Jeffry Rachmat – JPCC service – The Good, The Bad, and The Ugly
PS. 20 Maret 2014

Senin, 17 Maret 2014

Cermin Kerajaan Allah - Kasih Karunia dan pengampunan



Setiap dari kita pasti pernah bercermin atau setidaknya mengenal sebuah benda yang disebut cermin. Cermin adalah sebuat alat yang digunakan sejak 6000 SM sebagai media refleksi benda. Saat kita berdiri di depan cermin, gambaran diri kita akan terpantulkan. Hasil pantulan bayangan diri kita di cermin dapat digunakan sebagai tolok ukur menilai penampilan kita, apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan.

 Manusia selalu tidak lepas dari ukuran dan penilaian tentang dirinya sendiri maupun terhadap orang lain di sekitarnya. Kita selalu ingin tampak lebih indah dan bagus dihadapan orang, sehingga cermin kita gunakan sebagai alat untuk bantu untuk melihat segala kecacatan, kekurangan dan ketidaksempurnaan yang ada pada diri kita untuk bisa kita coba perbaiki dengan menggunakan polesan dan riasan sebagai sebuah topeng sehingga kita seolah-olah tampak cantik dan sempurna dari luar.

Sama seperti halnya sebuah cermin, Tuhan memberikan Kitab Hukum Taurat kepada manusia sebagai panduan dan sebagai alat ukur untuk menilai sikap kita dan setiap orang yang ada di sekitar kita.

Roma 3:20
ALLAH kemudian memberikan Hukum Taurat kepada manusia sehingga manusia dapat bercermin dari Hukum Taurat betapa kita sungguh telah berdosa kepada Pencipta.

 Hukum Taurat berfungsi untuk merefleksikan setiap dosa dan keterbatasan kita. menjadi sebuah cermin yang menunjukkan dosa, kekurangan dan kesalahan kita. Dengan hukum Taurat, kita menjadi paham tentang setiap keberdosaan yang telah kita lakukan. Dengan Hukum Taurat kita tahu bahwa ada titik noda dosa yang tidak pernah hilang, melekat pada diri setiap manusa. Dengan hukum Taurat, kita menjadi sadar bahwa Tuhan membuat standard yang sempurna untuk sebuah “ketidakberdosaan”. Dan dengan Hukum Taurat kita semua tahu bahwa manusia tidak akan mungkin bisa menghapus noda dosa tersebut karena standard Allah yang sempurna. Meskipun demikian, dengan kekuatan manusia yang penuh keterbatasan dan ketidaksempurnaan, kita tetap berusaha untuk mendapatkan pembenaran dan keselamatan bagi diri kita, berusaha menghapus dosa yang ada dalam diri kita dengan usaha kita sendiri dengan berusaha melakukan segala perintahNya secara sempurna dan dengan segala perbuatan baik yang kita lakukan untuk menutupi noda dosa tersebut.

Cermin hukum Taurat mengidentifikasi kesalahan, pelanggaran, dosa, kelemahan, keterbatasan dan terus membuat kita menjadi terintimidasi. Ada hal yang tidak bisa dilakukan oleh Hukum Taurat, yaitu pemulihan, pembebasan dosa dan kesembuhan. Jalan keluarnya ada ketika kita berkaca dengan Cermin Kerajaan Allah yang membuat hidup kita menjadi baru sebab dari situlah terpancar kebenaran dan keselamatan melalui kasih karunia dan perkenanan Tuhan sehingga kita bisa hidup dalam Kasih Karunia yang menebus dan membenarkan segala dosa dan pelanggaran kita dengan cara Allah.

Yoh. 1:17
Sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus.

Dalam bahasa aslinya, Kasih Karunia berasal dari bahasa Yunani yang diterjemahkan dan mengandung tiga unsur yaitu grace (karunia-pemberian), favor (perkenanan), kindness (kebaikan). Karunia berarti Allah yang memulai dalam hidup kita. Bukan kita yang memilih tetapi Tuhan yang memilih kita. Kita mendapatkan apa yang seharusnya tidak kita dapatkan yaitu Pengampunan dan Hidup Keselamatan. Dan kita tidak mendapatkan apa yang seharusnya kita dapatkan, yaitu penghukuman dan kebinasaan. Bukan karena kehebatan kita, bukan karena kemampuan dan usaha kita, namun karena Allah yang menginisiasi memberikan rahmat karuniaNya, supaya kita mendapatkan pengampunan dan oleh karena perkenananNya, kita hidup dan menerima kasih karuniaNya. Kita mendapatkan karunia karena Kebaikan Tuhan dan PengampunanNya atas kita.

Dalam Kasih Karunia ada bagian Tuhan dan ada bagian kita.  Bagian Tuhan adalah memberikan kasih karunia kepada kita dan bagian kita adalah hidup dalam ketaatan dan kebenaran. Karena kasih karunia, kita dimampukan Tuhan untuk hidup benar sesuai dengan perintahNya.

Mat. 7:3-5
Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."

Ketika kita menggunakan Cermin Kerajaan Allah, maka akan terpancar pengampunan. Tuhan Yesus datang untuk mencari orang yang berdosa dan memberikan pengampunan kepada orang yang berdosa , bukan untuk menghakimi.
 
Yoh. 9:1-3
Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya. Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?" Jawab Yesus: "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.

Dalam Hukum Taurat, sakit pasti disebabkan oleh dosa. Dalam ayat tersebut, murid-murid Yesus menggunakan cermin Taurat. Mereka langsung berpikir bahwa penyakit ini pasti karena dosa. Namun Yesus tidak tertarik untuk mengidentifikasi dosa. Yesus lebih tertarik dengan memberikan kasih karunia kepada orang yang sakit tersebut. Yesus menggunakan cermin Kerajaan Allah yaitu Kasih Karunia, sehingga Yesus tidak menghakimi melainkan menyatakan bahwa melalui orang buta tersebut, pekerjaan Allah harus dinyatakan. Roh Kudus tidak pernah mengintimidasi dan menghakimi. Yesus naik ke surga untuk mengirimkan Roh kudus sebagai penolong dan penghibur. Dan ketika kita menggunakan Cermin Kerajaan Allah, maka akan ada Pekerjaan Allah yang dinyatakan sehingga nama Tuhan dipermuliakan.

1 Raj. 17:17-22
Sesudah itu anak dari perempuan pemilik rumah itu jatuh sakit dan sakitnya itu sangat keras sampai tidak ada nafasnya lagi. Kata perempuan itu kepada Elia: "Apakah maksudmu datang ke mari, ya abdi Allah? Singgahkah engkau kepadaku untuk mengingatkan kesalahanku dan untuk menyebabkan anakku mati?" Kata Elia kepadanya: "Berikanlah anakmu itu kepadaku." Elia mengambilnya dari pangkuan perempuan itu dan membawanya naik ke kamarnya di atas, dan membaringkan anak itu di tempat tidurnya. Sesudah itu ia berseru kepada TUHAN, katanya: "Ya TUHAN, Allahku! Apakah Engkau menimpakan kemalangan ini atas janda ini juga, yang menerima aku sebagai penumpang, dengan membunuh anaknya?" Lalu ia mengunjurkan badannya di atas anak itu tiga kali, dan berseru kepada TUHAN, katanya: "Ya TUHAN, Allahku! Pulangkanlah kiranya nyawa anak ini ke dalam tubuhnya." TUHAN mendengarkan permintaan Elia itu, dan nyawa anak itu pulang ke dalam tubuhnya, sehingga ia hidup kembali.

Dalam Cermin Kerajaan Allah akan terpancar sumber Kehidupan. Yesus datang kedalam dunia untuk memberikan kehidupan dan kelimpahan. Segala sesuatu yang mati akan Tuhan bangkitkan dan berikan kehidupan. Paradigma janda ini sama dengan taurat. Dia begitu takut dosa nya diungkit. Dia sibuk mencari dosa. Elia tidak pusing dengan siapa yang salah. Elia hanya memikirkan bagaimana anak ini memperoleh kasih karunia sehingga hidup kembali. Seringkali kita lebih pusing untuk menghakimi orang lain dan diri kita, seringkali kita lebih sibuk mencari dosa ketika kita berada dalam kesedihan, kesakitan, dan masalah persoalan yang. Manusia tidak butuh dihakimi, atau dicari-cari kesalahannya oleh manusia yang lain. Manusia lebih butuh pengharapan dan penghiburan. Daripada berdoa dan menuduh dia untuk mencari-cari dosa, lebih baik berdoa agar kasih karunia turun ke atasnya. Penghakiman bukan hak kita, tapi Tuhan lebih tertarik untuk memberikan Kasih Karunianya, asalkan setiap kita mau menerimanya dan berani untuk mengambil konsekuensinya yaitu hidup dimampukan oleh Allah untuk berjalan dalam kebenaran dan mentaati setiap perintahNya.

Seorang bernama Fred Brown mengilustrasikan dan menjelaskan penerapan hukum Taurat yang benar sebagai berikut. Pertama, ia menyamakan hukum Taurat dengan cermin kecil yang dipakai dokter gigi. Dengan cermin itu ia dapat melihat lubang pada gigi. Namun, dokter tidak mengebor dengan cermin tersebut. Cermin dapat menunjukkan lubang, tetapi tidak dapat dipakai untuk menambal.

Kedua, Brown membandingkan hukum itu dengan senter. Bila lampu di rumah tiba-tiba padam, Anda akan menggunakan senter untuk menuju ke kotak listrik. Senter membantu Anda melihat sekering yang putus atau sakelar pemutus yang rusak, tetapi Anda tak dapat memasang senter pada tempat sekering atau sakelar tersebut.

Yang ketiga, Brown menyamakan hukum Taurat dengan tali pengukur. Seorang buruh bangunan menggunakan tali untuk melihat apakah hasil kerjanya sudah lurus terpasang. Jika ada suatu kesalahan, ia tidak akan menggunakan tali pengukur itu untuk memperbaikinya. Ia akan menggunakan palu dan gergaji.

1Timotius 1:8
"Kita tahu bahwa hukum Taurat itu baik kalau tepat digunakan".

Hukum Taurat Allah dapat mengungkap dosa, tetapi tidak memberikan pemecahannya. Jalan keluarnya ada pada Kasih Karunia dan Kebenaran yang terpancar melalui cermin Kerajaan Allah. Tuhan akan mengampuni dan memampukan kita untuk hidup dengan kekuatan yang Dia berikan, untuk berjalan dalam kebenaran dan menyenangkan hati-Nya. Apa yang tak dapat dilakukan hukum Taurat, Kristus sanggup melakukannya.

 G B U
PS. 17 Maret 2014
Inspired by : Pdt. Riza Solihin - AOG Sunday service 16 Maret 2014